Halusinasi
adalah ketidakmampuan klien dalam mengidentifikasi dan
menginterpretasikan stimulus yang ada sesuai yang diterima oleh panca
indra yang ada (Fortinash, 1995). Halusinasi adalah persepsi sensori
yang salah atau persepsi eksternal yang tidak realita atau tidak ada
(Sheila L Videbeck, 2000).
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu mengalami suatu
perubahan dalam jumlah atau pola rangsang yang mendekat (baik yang
dimulai secara eksternal maupun internal) disertai dengan respon yang
berkurang dibesar-besarkan, distorsi atau kerusakan rangsang tertentu
(Towsend, 1998). Dari keempat pengertian di atas maka penulis
menyimpulkan bahwa halusinasi adalah persepsi yang timbul tanpa stimulus
eksternal serta tanpa melibatkan sumber dari luar yang meliputi semua
system panca indra.
Faktor
predisposisi dari halusinasi menuruut Stuart & Laraia (1998) adalah
aspek biologis, psikologis, genetik, sosial dan biokimia. Dari
predisposisi tersebut pada klien Ny. Y yang dominan adalah faktor sosial
karena klien menikah dalam usia muda (belum siap fisik dan psikis)dan
orang tua klien bercerai pada saat klien berusia 11 tahun dan faktor
psikologis dimana klien mempunyai kepribadian tertutup. Jika tugas
perkembangan terlambat atau hubungan interpersonal terganggu, maka
individu akan mengalami stress atau kecemasan. Beberapa faktor di
masyarakat dapat membuat seseorang terisolasi dan kesepian sehingga
menyebabkan kurangnya rangsangan dari eksternal. Stress yang menggangggu
sistem metabolisme tubuh akan mengeluarkan suatu zat yang bersifat
halusinogen.
Faktor
presipitasi menurut Stuart & Sundeen (1998) adalah stresor sosial
dimana stress dan kecemasan akan meningkat bila terjadinya penurunan
stabilitas, keluarga, perpisahan dari orang yang sangat penting atau
diasingkan oleh kelomppok/masyarakat; faktor biokimia dapat meyebabkan
partisipasi klien berinteraksi dengan kelompok kurang, suasana yang
terisolasi (sepi) sehingga dapat meningkatkan stress dan kecemasan yang
mengeluarkan halusinogenik; faktor psikologis yang juga akan
meningkatkan intensitas kecemasan yang berkepanjangan disertai
terbatasnya kemampuan dalam memecahkan masalah mungkin akan mulai
berkembangnya perubahan sensori persepsi klien, biasanya hal ini untuk
pengembangan koping menghindari kenyataan yang tidak menyenangkan
diganti dengan hayalan yang menyenangkan.
Masalah
keperawatan yang menjadi penyebab (sebagai Triger) munculnya halusinasi
adalah harga diri rendah dan isolasi sosial (Stuart & Laraia,
1998). Akibat rendah diri dan kurangnya keterampilan mengakibatkan
sosial klien menjadi menarik diri dari lingkungan.selanjutnya klien akan
lebih terfokus pada dirinya sendiri. Stimulus inernal akan menjadi
lebih dominan daripada stimulus eksternal. Klien lama kelamaan akan
kehilangan kemampuanmembedakan stimulus internal dengan stimulus
eksternal. Ini memicu terjadinya halusinasi. Selain itu akibat lanjut
dari kondisi rendah diri dan kuranngnya kemampuan klien berhubungan
dengan orang lain yang membuat klien menarik diri dari lingkungan
membuat klien mengalami penurunan motivasi karena ia merasa tidak mampu
melakukan apapun sehingga akan memunculkan masalah kurangnya perawatan
diri klien.
Masalah
keperawatan rendah diri yang terjadi pada klien dapat didukung oleh
koping keluarga tidak efektif: kurang pengetahuan, ketidakmampuan
merawat klien dan bahkan menolak klien berada di rumahnya. Hal ini dapat
membuat klien kurang mendapat penguatan terhadap kemampuan yang ia
miliki sehinggga klien menganggap dirinya makin tidak berharga dan
mengakibatkan keluarga kurang tepat dalam menanganni klien di rumah atau
regimen therapeutik tidak efektif.
Menurut Towsend & Mary (1995), tanda dan gejala halusinasi adalah sebagai berikut:
1. Berbicara, senyum dan tertawa sendirian.
2. Mengatakan mendengar suara, melihat, menghirup, mengecap dan merasa sesuatu yang tidak nyata.
3. Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
4. Tidak
dapat membedakan hal yang nyata dan hal tidak nyata, serta tidak mampu
melakukan asuhan keperawatan mandiri seperti mandi, sikat gigi, berganti
pakaian dan berhias yang rapi.
5. Sikap
curiga, bermusuhan , menarik diri, sulit membuat keputusan, ketakutan,
mudah tersinggung, jengkel , mudah marah, ekspresi wajah tegang,
pembicaraan kacau dan tidak masuk akal, banyak keringat.
Dibawah ini beberapa tipe dari halusinasi (Cancro & Lehman, 2000):
1. Halusinasi Pendengaran
Mendengar
suara-suara, sering mendengar suara-suara orang berbicara atau
membicarakannya, suara-suara tersebut biasanya familiar. Halusinasi ini paling sering dialami klien dibandingkan dengan halusinasi yang lain.
2. Halusinasi Penglihatan
Melihat bayangan yang sebenarnya tidak ada, seperti cahaya atau seseorang yang telah mati.
3. Halusinasi Penciuman
Mencium
bau-bau padahal di tempat tersebut tidak ada bau. Tipe ini sering
ditemukan pada klien dengan dimensia seizure atau mengalami gangguan
cerebrovaskuler.
4. Halusinasi Sentuhan
Perasaan nyeri, nikmat atau tidak nyaman padahal stimulus itu tidak ada.
5. Halusinasi Pengecapan
Termasuk
rasa yang tidak hilang pada mulut, perasaan adanya rasa makanan dan
berbagai zat lainnya yang dirasakan oleh indra pengecapan klien.
Proses terjadinya halusinasi (Stuart & Laraia, 1998) dibagi menjadi empat fase yang terdiri dari:
1. Fase Pertama
Klien
mengalami kecemasan, stress, perasaan terpisah dan kesepian, klien
mungkin melamun, memfokuskan pikirannnya kedalam hal-hal menyenangkan
untuk menghilangkan stress dan kecemasannya. Tapi hal ini bersifat
sementara, jika kecemasan datang klien dapat mengontrol kesadaran dan
mengenal pikirannya namun intesitas persepsi meningkat.
2. Fase Kedua
Kecemasan
meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan eksternal,
individu berada pada tingkat listening pada halusinasinya. Pikiran
internal menjadi menonjol, gambarn suara dan sensori dan halusinasinya
dapat berupa bisikan yang jelas. Klien membuat jarak antara
dirinya dan halusinasinya dengan memproyeksikan seolah-olah halusinasi
datang dari orang lain atau tempat lain.
3. Fase Ketiga
Halusinasi
lebih menonjol, menguasai dan mengontrol. Klien menjadi lebih terbiasa
dan tidak berdaya dengan halusinasinya. Kadang halusinasinya tersebut
memberi kesenangan dan rasa aman sementara.
4. Fase Keempat
Klien
merasa terpaku dan tidak berdaya melepaskan diri dari kontrol
halusinasinya. Halusinasi sebelumnya menyenangkan berubah menjadi
mengancam, memerintah, memarahi. Klien tidak dapat berhubungan dengan
orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya. Klien hidup dalam
dunia yang menakutkan yang berlangsung secara singkat atau bahkan
selamanya
Nama : EmoticonEmoticon