BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Deskripsi
kecerdasan emosional sudah ada sejak dikenalnya perilaku manusia. Didalam
berbagai kitab suci, didalam filsafat Yunani, karya-karya Shakespeare, Thomas
Jeffernon dan di dalam psikologi modern, aspek emosi sebagai bagian dari
pemikiran sudah didiskusikan sebagai elemen fundamental dalam sifat dasar
manusia. Mereka yang mengasah kecerdasan emosionalnya memiliki kemampuan unik
untuk berkembang disaat sebagian lain terlalu sibuk menggelepar. Kecerdasan
emosional merupakan “sesuatu” yang ada dalam diri setiap kita yang sedikit
sulit diraba.
Awal
tahun 1918, sebuah gerakan muncul untuk mencari sebuah cara mengukur kecerdasan
intelektual (IQ). Ilmuwan-ilmuwan awal pada masa itu mengeksplorasi IQ sebagai
metode cepat untuk memisahkan pelaku yang memiliki kualitas rata-rata dengan
pelaku yang istimewa. Ada banyak orang yang demikian cerdas namun dibatasi oleh
kemampuan mereka dalam mengelola perilaku dan hubungan sosial mereka. Barulah
pada awal tahun 1980-an muncul istilah kecerdasan emosional (EQ). (Travis Bradberry
& Jead Breaves, 2007: 54)
Memasuki
abad 21, legenda IQ (Intelligence Quotient) sebagai satu-satunya tolok ukur
kecerdasan yang juga sering dijadikan parameter keberhasilan manusia,
digugurkan oleh munculnya konsep Kecerdasan Emosional atau EQ (Emotional
Quotient) dan Kecerdasan Spiritual atau SQ (Spiritual Quotient). Kecerdasan
manusia ternyata lebih luas dari anggapan yang dianut selama ini. Kecerdasan
bukanlah merupakan suatu hal yang bersifat dimensi tunggal semata, yang hanya
bisa diukur dari satu sisi dimensi saja (dimensi IQ). Kesuksesan manusia dan
juga kebahagiaannya, ternyata lebih terkait dengan beberapa jenis kecerdasan
selain IQ. Menurut hasil penelitian, setidaknya 75% kesuksesan manusia lebih
ditentukan oleh kecerdasan emosionalnya (EQ) dan hanya 4% ditentukan oleh
kecerdasan intelektualnya (IQ). (www.cakrawala.com)
Konsep
kecerdasan emosional menjelaskan mengapa dua orang dengan tingkat IQ yang sama
bisa saja memiliki tingkat keberhasilan hidup yang berbeda. Kecerdasan
emosional merujuk pada elemen fundamental dalam perilaku manusia yang berbeda
dengan intelektualitas.
Kecerdasan inteligensi (IQ), kepribadian dan kecerdasan emosional (EQ) adalah tiga buah kualitas berbeda yang dimiliki semua orang. Perpaduan dari kualitas-kualitas tersebut akan menentukan bagaimana kita akan berfikir dan bertindak. Mustahil bagi kita untuk menentukan sebuah kualitas berdasarkan kualitas yang lain. Seseorang bisa saja cerdas secara intelektual namun tidak secara emosional, dan semua orang dengan segala bentuk kepribadian sama-sama bisa memiliki skor EQ dan atau IQ yang tinggi. Ketiga kualitas tersebut, hanya kecerdasan emosional yang merupakan kualitas yang fleksibel dan bisa berubah. (Travis Bradberry & Jead Breaves, 2007: 56)
Kecerdasan inteligensi (IQ), kepribadian dan kecerdasan emosional (EQ) adalah tiga buah kualitas berbeda yang dimiliki semua orang. Perpaduan dari kualitas-kualitas tersebut akan menentukan bagaimana kita akan berfikir dan bertindak. Mustahil bagi kita untuk menentukan sebuah kualitas berdasarkan kualitas yang lain. Seseorang bisa saja cerdas secara intelektual namun tidak secara emosional, dan semua orang dengan segala bentuk kepribadian sama-sama bisa memiliki skor EQ dan atau IQ yang tinggi. Ketiga kualitas tersebut, hanya kecerdasan emosional yang merupakan kualitas yang fleksibel dan bisa berubah. (Travis Bradberry & Jead Breaves, 2007: 56)
Menggunakan
ungkapan Howard Gardner, kecerdasan emosional terdiri dari kecakapan,
diantaranya intrapersonal intelligence merupakan kecakapan mengenai perasaan kita
sendiri yang terdiri dari :
1.
Kesadaran diri, meliputi : keadaan
emosi diri, penilaian pribadi dan percaya diri
2.
Pengaturan diri, meliputi :
pengendalian diri, dapat dipercaya, waspada adaptif dan inovatif
3.
Motivasi, meliputi :dorongan
berprestasi, komitmen, inisiatif dan optimis.
Motivasi membentuk cara pandang
manusia terhadap dunia. Seseorang cenderung memberikan perhatian secara
selektif, maka yang dianggap penting olehnya otomatis menjadi yang paling dia
cermati. Seseorang yang termotivasi untuk berhasil lebih jeli menemukan
cara-cara untuk bekerja lebih baik, untuk berusaha, untuk membuat inovasi atau
menemukan keunggulan kompetitif. (Daniel Goleman, 2005: 178)
Berdasarkan
keterkaitan kedua hal tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang hubungan antara kecerdasan emosional dengan motivasi belajar
pada mahasiswa D IV Kebidanan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian dalam latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut
“Adakah hubungan antara kecerdasan emosional dengan motivasi belajar pada
mahasiswa D IV Kebidanan ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1.
Tujuan Umum
Mengetahui ada tidaknya hubungan antara kecerdasan emosional
dengan motivasi belajar pada mahasiswa D IV kebidanan.
2.
Tujuan Khususa.
a.
Mengidentifikasi tingkat kecerdasan
emosional pada mahasiswa D IV kebidanan.
b.
Mengidentifikasi motivasi belajar
pada mahasiswa D IV kebidanan.
c.
Menganalisis
hubungan antara kecerdasan emosional dengan motivasi belajar pada mahasiswa
Nama : EmoticonEmoticon