Dekat-dekatlah dengan Ibu Menyusui, Jika Ingin Meningkatkan Gairah Bercinta

Dekat-dekatlah dengan Ibu Menyusui, Jika Ingin Meningkatkan Gairah Bercinta
Banyak orang berusaha mencari ramuan untuk meningkatkan gairah bercinta. Ternyata, sumber ramuan itu bisa diperoleh di sekitar kita, yaitu dari ibu menyusui. Ibu menyusui menghasilkan bahan kimia yang dapat meningkatkan gairah bercinta. Namun jangan girang dulu, sebab efek ini hanya berlaku sesama wanita.

Para peneliti di University of Chicago menemukan bahwa ibu menyusui dan bayinya memancarkan sinyal kimia yang dapat meningkatkan hasrat seksual pada wanita lain.

"Ini adalah temuan pertama di mana manusia menghasilkan sinyal kimia alami yang dapat meningkatkan motivasi seksual," kata Martha McClintock, profesor psikologi dari University of Chicago seperti dilansir Chicago Tribune, Selasa (28/8/2012).

Feromon dan senyawa kimia lain yang disebut chemosignals adalah zat alami yang mempengaruhi mood dan siklus menstruasi wanita ketika dihirup. Pada hewan, feromon tidak hanya mengatur ovulasi atau pelepasan sel telur, namun juga mempengaruhi perilaku reproduksi hewan betina.

Pada tahun 1998, McClintock menemukan bahwa keringat wanita mengandung senyawa yang dapat mempengaruhi ovulasi wanita lain. Sayangnya, ketika itu belum ada bukti bahwa manusia menghasilkan senyawa kimia yang dapat mempengaruhi perilaku seksual manusia lain.

Dalam penelitiannya kali ini, McClintock dan tim mengumpulkan substansi kimia dari 26 orang ibu menyusui di Philadelphia. Para wanita dalam penelitian diminta mengenakan bantalan dalam bra yang menyerap air liur bayi serta keringatnya sendiri. Wanita ini juga memakai bantalan khusus untuk mengumpulkan keringat di ketiak.

Di tempat lain, para peneliti merekrut 90 orang wanita berusia 18 - 35 tahun di Chicago. Selama 2 bulan, separuh dari wanita ini diminta menggesekkan bantalan dari ibu menyusui ke hidungnya sekali sehari. Separuh sisanya diminta menggunakan bantalan yang mengandung larutan kalium fosfat.

Para peserta diminta mencatat suasana hati, keinginan serta aktivitas seksualnya, termasuk fantasi seksnya. Pada wanita yang menggunakan bantalan dari ibu menyusui, peserta yang telah memiliki pasangan mengalami peningkatan gairah seks sebesar 24 persen, sedangkan yang tidak memiliki pasangan mengalami kenaikan 17 persen. Namun pada peserta dengan bantalan kalium fosfat tidak mengalami perubahan apapun.

"Ibu menyusui berkomunikasi secara kimia dengan wanita lain. Banyak spesies menggunakan isyarat dari wanita lain untuk menentukan apakah kondisinya cukup baik untuk menanggung beban risiko dari kehamilan dan menyusui. Isyarat itu diperoleh dari wanita menyusui," kata McClintock.

Sebuah penelitian tahun 1999 menemukan bahwa 32 persen wanita Amerika berusia 18 sampai 59 menderita gangguan libido rendah atau kurangnya minat dalam bercinta. Sayangnya, belum ada obat yang disetujui untuk mengobati kurangnya keinginan bercinta atau disfungsi seksual pada wanita.

Virus Cacar Air Bisa Sembuhkan Kanker Payudara?

Virus Cacar Air Bisa Sembuhkan Kanker Payudara?
Selama ini kanker hanya dapat diobati dengan operasi dan kemoterapi, namun tim peneliti dari AS telah menemukan potensi pengobatan baru untuk kanker, terutama kanker payudara yang tak pernah diduga sebelumnya yaitu virus cacar air.

Virus cacar air telah lama ditakuti karena dapat membunuh jutaan orang namun lewat percobaan dengan tikus, para peneliti berhasil menemukan pengobatan baru terhadap salah satu bentuk kanker paling berbahaya yaitu kanker payudara dengan menggunakan virus tersebut.

Tim peneliti dari Memorial Sloan-Kettering Cancer Center, New York City menemukan bahwa sebuah virus yang masih satu keluarga dengan virus penyebab cacar air dapat dipergunakan dalam pengobatan beberapa jenis kanker payudara tertentu yang disebut dengan triple-negative breast cancer atau TNBC.

Jenis kanker payudara ini bisa dikatakan sangat sulit disembuhkan karena tidak sensitif terhadap terapi kekebalan atau hormonal khusus yang banyak diberikan pada jenis kanker payudara lainnya. Meski jenis kanker ini sebenarnya bisa diobati dengan kemoterapi tapi mereka cenderung lebih agresif dan mudah kambuh.

"Satu alasan mengapa saya ingin memfokuskan studi pada TNBC adalah karena pilihan pengobatan jangka panjang untuk kanker itu tak banyak," ungkap Dr. Sepideh Gholami yang memimpin studi ini dan juga seorang dokter ahli bedah dari Stanford University Medical Center.

"Satu-satunya opsi yang ada sekarang adalah operasi dan kemoterapi tapi masalahnya kanker ini dapat bermetastasis lebih awal dan sangat agresif. Resistensi terhadap berbagai agen kemoterapi pun terjadi dengan cepat sehingga pasien akan seringkali kehabisan pengobatan," tambahnya seperti dilansir dari abcnews, Rabu (3/10/2012).

Lewat percobaan, peneliti memastikan bahwa vaccinia virus yang disebut GLV-1h164 ini dapat memasuki sel-sel kanker dan menyebabkan kerusakan pada tumor sekaligus mencegah pertumbuhan pembuluh darah di dalam tumor yang ada pada tubuh tikus percobaan. Hal ini menghasilkan kerusakan yang signifikan pada tumor.

Sama halnya dengan vaksin cacar air, peneliti berencana mengemas virus ini dalam bentuk vaksin karena dengan begitu tingkat keamanannya akan sama dengan vaksin cacar air biasa.

Kendati begitu, penggunaan vaksin untuk terapi pada pasien TNBC ini masih memerlukan percobaan klinis pada manusia agar efektivitasnya dapat dievaluasi.