Mitos dan Fakta Seputar Kolesterol

Mitos dan Fakta Seputar Kolesterol
adar kolesterol jahat yang tinggi merupakan salah satu faktor risiko penyakit jantung koroner dan stroke. Upaya pengendalian kadar kolesterol seharusnya diimbangi dengan informasi yang tepat. Apa saja mitos dan fakta yang harus diketahui seputar penurunan kolesterol?
Mitos: Cek kolesterol dimulai sejak usia 40 tahun
Fakta: Bila dalam keluarga ada riwayat penyakit jantung, serangan jantung, atau stroke, skrining kesehatan dasar seharusnya dilakukan sejak usia 20 tahun. Pemeriksaan yang harus dilakukan meliputi kadar kolesterol, trigliserida, serta tekanan darah. Bila diketahui sejak dini maka upaya pencegahan bisa dilakukan dengan mengubah gaya hidup.
Mitos: Anak-anak tidak mungkin kolesterol tinggi
Fakta: Semua orang di berbagai usia bisa memiliki kolesterol tinggi. Seperti halnya orang dewasa, anak-anak yang kurang olahraga, kegemukan, serta banyak mengonsumsi lemak jenuh juga bisa menderita kolesterol tinggi. Bila anak memiliki riwayat penyakit kardiovaskular di keluarga, besar kemungkinan ia juga menderita penyakit jantung sat dewasa.
Mitos: Yang penting adalah angka kolesterol total
Fakta: Angka kolesterol total yang harus dicapai adalah kurang dari 200 mg/dl, namun setiap komponen di dalamnya (HDL, LDL, dan trigliserida) juga harus normal. Misalnya jika kadar kolesterol total Anda kurang dari 200 mg/dl namun angka HDL (kolesterol baik) sangat rendah, itu berarti kemampuan tubuh untuk melawan kolesterol jahat juga rendah.
Mitos: Orang kurus pasti kolesterolnya rendah
Fakta: Berbadan kurus bukan jaminan Anda terbebas dari kolesterol tinggi. Faktor genetik, pola makan yang buruk, dan kurang olahraga, merupakan komponen utama koleterol tinggi.
Mitos: Untuk menurunkan kolesterol semua lemak harus dihindari
Fakta: Tidak semua lemak sama. Lemak jenuh (seperti mentega dan lemak daging), lemak trans (seperti ditemukan pada makanan cepat saji), memang harus dibatasi seminimal mungkin. Tetapi lemak tak jenuh seperti dalam ikan, kacang-kacangan, dan minyak zaitun justru akan menurunkan kolesterol. Minyak jenis ini bisa dikonsumsi untuk menggantikan lemak lainnya.
Mitos: Kolesterol selalu buruk
Fakta: Kolesterol sebenarnya adalah blok pembangun yang dibutuhkan tubuh untuk membuat membran sel dan hormon. Tubuh membuat kolesterol sendiri, namun makanan yang mengandung kolesterol yang kita asup akan meningkatkan kadarnya.
Mitos: Gula tidak meningkatkan kolesterol
Fakta: Gula akan membuat kadar trigliserida meningkat, sehingga sebaiknya konsumsi gula dibatasi.
Mitos: Kolesterol tinggi menimbulkan gejala
Fakta: Sama sekali tidak. Konsekuensi kolesterol tinggi bersifat jangka panjang. Plak yang ditemukan di pembuluh darah saat Anda berusia 50 atau 60 tahun sudah dimulai pembentukannya saat Anda berusia 20 tahun. Untuk mengetahuinya, lakukan cek kolesterol secara berkala.
sumber: kompas.com

Detoksifikasi : Berendamlah Dengan Air Hangat

Detoksifikasi : Berendamlah Dengan Air Hangat
Ada banyak cara untuk melakukan detoksifikasi atau pengeluaran racun dari dalam tubuh. Salah satu cara sederhana dan alami yang dapat dilakukan adalah dengan berendam di air hangat.
Menurut praktisi kesehatan yang juga corporate health trainer dr. Phaidon Lumban Toruan, pada dasarnya detoksifikasi merupakan proses alamiah tubuh untuk menetralkan atau mengeluarkan racun dari dalam tubuh. Proses detoksifikasi dalam tubuh umumnya ditangani oleh organ hati dan ginjal.
Phaidon menjelaskan, detoksifikasi melalui metode berendam di air hangat sudah sejak lama dilakukan dan telah diakui efektivitasnya.
“Sudah ada penelitiannya. Dan ini merupakan salah satu jenis natural medicine. Bukan conventional medicine,” ujarnya dalam workshop anti aging lifestyle di Jakarta, Minggu, (27/11/2011).
Lantas, bagaimana cara memulainya? Menurut Phaidon, langkah-langkahnya cukup mudah dan sederhana. Hal pertama yang perlu dipersiapkan sebelum melakukan terapi (berendam di air hangat) adala seseorang harus lebih dulu mandi bersih (menggunakan sabun). Hal ini dimaksudkan agar tidak ada minyak yang menutupi lapisan kulit, sehingga mempermudah proses pengeluaran toksin.
Setelah berendam kira-kira 3-5 menit pertama, terang Phaidon, biasanya tubuh akan mulai merasakan efek kantuk yang luar biasa. Untuk terapi ini, Anda tidak perlu menggunakan atau memasukkan campuran atau zat apapun ke dalam air.
“Nanti toksin sebagian akan keluar lewat kulit dan sebagian lewat usus,” katanya.
Sehabis berendam, lanjut Phaidon, badan harus kembali dibilas cukup dengan air saja (tanpa sabun). “Karena ada kemungkinanan toksik yang keluar dari bawah kulit masih menempel,” tambahnya.
Pada hari pertama, Anda cukup berendam selama kurang lebih 5 (lima) menit. Namun untuk hari-hari berikutnya bisa ditambah (kelipatan satu menit) sampai akhirnya menjadi setengah jam.
Meski begitu, cara tersebut di atas menurut Phaidon hanyalah sebagai pelengkap saja dan bukan satu-satunya pilihan untuk detoksifikasi.
Minum banyak air putih dengan kombinasi makanan yang berserat dan olahraga, menurutnya masih menjadi pilihan yang terbaik untuk melakukan detoksifikasi.
“Kalau orang kurang minum air putih, otomatis proses detoks dalam tubuhnya akan berkurang. Sedangkan kombinasi antara makanan yang berserat, olahraga dan air putih sangat membantu detoksifikasi di dalam usus,” ucapnya.
Olahraga juga dapat meningkatkan pergerakan usus untuk menarik dan mengeluarkan racun. “Ketika orang olahraga, toksik yang tersimpan di bawah lemak kulit akan terbawa terdorong keluar, jadi proses detoksifikasi berjalan lebih baik,” tandasnya.
sumber: kompas.com

7 Langkah Menangani Mimisan Pada Anak Anda

7 Langkah Menangani Mimisan Pada Anak Anda
Sebanyak 90 persen mimisan berhenti dengan sendirinya, sedangkan 10 persen memerlukan tindakan khusus.
Asal tidak terlambat mendapatkan penanganan, komplikasi berat dapat dihindari seperti syok hingga tak sadarkan diri, atau anak sampai mengalami anemia atau turunnya tekanan darah secara drastis.
Dokter spesialis anak dari RS Awal Bros Tangerang, Dr Robert Soetandio, SpA, MSi, Med, menyebutkan sejumlah tahapan pertolongan pertama pada anak yang mengalami mimisan sebagai berikut:
  1. Dudukkan anak, agar hidung lebih tinggi dari jantung. Jangan tidur telentang sebab aliran darah ke hidung bertambah deras dan darah dapat tertelan ke belakang.
  2. Bungkukkan badannya ke depan sedikit, lalu beri instruksi agar bernafas dari mulut.
  3. Tekan cuping hidung selama kurang lebih lima menit.
  4. Pada hidung anak bisa diberikan kompres dingin untuk memperlambat aliran darah ke hidung.
  5. Bila setelah lima menit mimisan belum berhenti, tekan lagi cuping hidung selama 10 menit.
  6. Jika masih tetap berdarah, bawalah anak ke rumah sakit terdekat.
  7. Jangan lupa, akan lebih baik setelah melakukan pertolongan pertama, segera konsultasikan kondisi ini pada dokter.
(Tabloid Nakita/Gazali Solahuddin) kompas.com

Wi-Fi Bisa Merusak Sperma Anda

Wi-Fi Bisa Merusak Sperma Anda
Koneksi internet tanpa kabel alias Wi-Fi memang lebih praktis karena memungkinkan seseorang untuk online di mana saja. Namun bagi kaum laki-laki, Wi-Fi memiliki efek samping yang tidak diharapkan yakni bisa merusak kualitas sperma.
Sebuah penelitian di Argentina menunjukkan, kualitas sperma yang terpapar sinyal Wi-Fi cenderung lebih buruk dibandingkan yang lain. Efek ini tidak ditemukan pada sperma yang berada di sekitar jaringan internet biasa, yang masih menggunakan kabel.
Dalam penelitian yang dipublikasikan di jurnal Fertility and Sterility tersebut, para ilmuwan mengambil sampel sperma secara acak dari 29 laki-laki. Sebagian diletakkan di ruangan yang memiliki sinyal Wi-Fi, sebagian lagi dijauhkan dari jaringan internet.
Setelah dibiarkan selama 4 jam, sampel sperma tersebut lalu diperiksa dan dianalisa di laboratorium. Para ilmuwan menghitung sel sperma yang masih hidup pada masing-masing sampel sperma, lalu membandingkan tingkat kerusakan pada struktur DNA (Droxyribo Nucleic Acid).
Sebanyak 25 persen sperma yang terpapar sinyal Wi-Fi akhirnya mati, sedangkan sperma yang jauh dari koneksi internet hanya 14 persen saja yang mati. Demikian juga dengan struktur DNA, 9 persen sperma yang terpapar Wi-Fi rusak atau 3 kali lipat dibanding yang jauh dari koneksi internet.
Conrado Avendano, ilmuwan dari Nascentis Medicina Reproductiva yang melakukan penelitian itu menjelaskan bahwa penyebabnya adalah gelombang elektromagnet. Jaringan internet tanpa kabel memancarkan gelombang tersebut, yang kemudian merusak sperma laki-laki.
“Penelitian kami menunjukkan bahwa komputer yang terhubungan dengan internet tanpa kabel bisa merusak sperma jika diletakkan dekat dengan organ reproduksi laki-laki,” kata Avendano dalam laporannya seperti dikutip dari Reuters.
Hubungan antara jaringan internet tanpa kabel dengan kualitas sperma sepertinya baru kali ini diteliti. Berbagai penelitian sebelumnya lebih banyak mengaitkan kerusakan sperma dengan panas yang dihasilkan oleh komputer itu sendiri, sehingga laki-laki tidak dianjurkan untuk memangku laptop.
sumber: detik.com

Air Putih Bisa Berbahay Bila Dimunum di Saat Makan

Air Putih Bisa Berbahay Bila Dimunum di Saat Makan
UKANNYA membantu proses percernaan, minum air putih di sela-sela makan ternyata bisa menghambat kekuatan pencernaan perut dan menyebabkan tingkat insulin untuk berfluktuasi secara signifikan.
Kebanyakan orang memang berpikir minum air putih bersamaan dengan mengunyah makanan bisa membantu meluruhkan makanan saat makan. Namun, sebaliknya, itu justru membahayakan perut.
Apalagi, bagi Anda yang memang memiliki masalah pencernaan, konsekuensi bermacam-macam. Padahal perut kita secara otomatis sudah mengetahui kapan harus melepaskan cairan untuk membantu pencernaan. Jika Anda mulai minum air pada saat yang sama, yang sebenarnya Anda lakukan adalah menipiskan cairan pencernaan yang dihasilkan untuk mencerna makanan.
Penyerapan nutrisi
Penelitian pun menunjukkan bahwa meminum sedikit air putih selama makan memang tidak apa-apa, tapi minum segelas atau dua gelas dapat mengganggu pencernaan. Yang terbaik adalah minum air sebelum dan 2 jam setelah makan untuk membantu penyerapan nutrisi.
Apabila Anda meminum air saat makan, air akan diserap oleh dinding usus lambung sehingga menyebabkan refluks asam dan heartburn. Minum air bersamaan dengan makan juga dapat menyebabkan peningkatan kadar insulin. Semakin banyak insulin dilepaskan ke aliran darah, semakin tinggi kemungkinan kita menyimpan lemak di dalam tubuh.
Oleh karena itu, pastikan makanan tidak terlalu asin karena akan membuat kita lebih haus memicu keninginan minum air. Selain itu, makan terburu-buru akan menyebabkan makanan sulit tertelan menuju ke bawah sehingga kita akan merasa perlu untuk minum air putih. Banyak mengunyah akan sangat baik karena akan mempermudah kerja perut dalam mengolah makanan.
sumber: mediaindonesia.com

Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Tali Pusat Pada Baru Lahir

Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Tali Pusat Pada Baru Lahir

BAB I

PENDAHULUAN




A. Latar Belakang              
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal di seluruh wilayah Indonesia.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kesakitan (morbilitas) dan angka kematian (mortalitas) adalah dengan memberikan pelayanan kesehatan yang efektif pada masyarakat tentang perawatan tali pusat bayi, dalam melaksanakan upaya tersebut diperlukan sumber daya manusia yang mempunyai kemampuan untuk memberikan pelayanan yang berkwalitas yaitu dengan memberikan penyuluhan tentang kesehatan kepada masyarakat sehingga pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat diharapkan dapat mempengaruhi perilaku masyarakat terhadap kesehatan.
Kemampuan hidup sehat dimulai sejak bayi karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang menentukan kwalitas otak pada masa dewasa. Supaya terciptanya bayi yang sehat maka dalam perwawatan tali pusat pada bayi baru lahir dilakukan dengan benar-benar sesuai dengan prosedur kesehatan.
Perawatan tali pusat adalah melakukan pengobatan dan peningkatan tali pusat yang menyebabkan pemisahan fisik ibu dengan bayi. Dan kemudian tali pusat dirawat dalam keadaan steril, bersih dan terhindar dari infeksi tali pusat.
Perawatan tali pusat yang baik dan benar akan menimbulkan dampak positif yaitu tali pusat akan pupus pada hari ke-5 dan hari ke-7 tanpa ada kompilkasi, sedangkan dampak negatif dari perawatan tali pusat yang tidak benar adalah bayi akan mengalami penyakit Tetanus Neonaturum dan dapat mengakibatkan kematian.
Tujuan perawatan tali pusat adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tetanus pada bayi baru lahir penyakit ini disebabkan karena masuknya spora kuman tetanus  kedalam tubuh melalui tali pusat, baik dari alat steril, pemakaian obat-obatan, bubuk atau daun-daunan yang ditaburkan ke tali pusat sehingga dapat mengakibatkan infeksi (Depkes RI, 2005).
Pada tahun 2000 WHO (Word Hearth Organisation) menemukan angka kematian bayi sebesar 560.000, yang disebabkan oleh infeksi tali pusat, Negara Afrika angka kematian bayi yang disebabkan infeksi tali pusat 126.000 (21%), Negara Asia Tenggara diperkirkan ada 220.000 kematian bayi, di Negara Afrika maupun di Asia Tenggara kematian disebabkan karena perawatan tali pusat yang kurang bersih (Widya Astuti, 2003).
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 1994 angka kematian bayi sebesar 40/1000 kelahiran hidup, angka kematian bayi yang disebabkan infeksi pada tali pusat di rumah sakit besar di Indonesia sebesar 80%.
Data dari propil kesehatan Propinsi Sumatera Utara pada tahun 2004, angka kematian bayi sekitar 36,7/1000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi disibolga 29/1000 kelahiran hidup. Penyebab utama kematian bayi baru lahir tersebut adalah asfiksia (kegagalan bernafas pada bayi), infeksi tali pusat dan hipoterm (penurunan suhu tubuh bayi sampai 36,5 o C) (Profil Sumatera Utara, 2007).
Baik tidaknya pengetahuan tentang kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : Umur, Pendidikan, Paritas karena semakin bertambahnya pengetahuan masyarakat tentang perawatan tali pusat pada bayi baru lahir maka akan makin tinggi keinginannya untuk mengetahui kesehatan dalam dirinya dan juga akan menambah suatu tingkah laku atau kebiasaan yang sehat dalam diri masyarakat (Notoatmodjo, 2002).
Dari latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian  Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Tali Pusat Pada Baru Lahir di Kelurahan Muara Pinang Kota Sibolga  Tahun 2008”

B.  Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah  “Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan tali Pusat Pada Bayi baru lahir di Kelurahan Muara Pinang Kota Sibolga Tahun 2008 “.

C.  Tujuan Penelitian
C. 1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat pada bayi di Kelurahan Muara Pinang Kota Sibolga Tahun 2008.
C. 2. Tujuan khusus

1.  Untuk mengetahui gagasan pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat berdasarkan umur.
2.  untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat berdasarkan paritas.
3.  Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat berdasarkan pendidikan.

D. Manfaat Penelitian


  1. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dan menanbah perbendarahaan bacaan bahan bagi mahasiswa/ mahasiswi Akademi Kebidanan Nauli Husada Sibolga untuk penelitian selanjautnya.
  1. Bagi Penulis
Bagi penulis sendiri untuk menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan terutama mata kuliah metodologi penelitian.
  1. Bagi Lahan / Tempat Penelitian
Hasil penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat bagi petugas dan masyarakat di Kelurahan Muara Pinang tentang seberapa besar pengetahuan mayarakat tersebut terhadap perawatan tali pusat.
     













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA



A. Pengetahuan
A.1. Defenisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah keseluruhan pikiran, gagasan, ide, konsep dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya termasuk manusia dan isinya.
Pengetahuan juga merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terjadi melalui panca indera manusia dari pengelaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang di dasari pengetahuan-pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Pengetahuan yang dicakup dalam dominan kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan yaitu
1.    Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya mengingat kembali secara spesifik dari seluruh badan yang dipelajari atau dirangsang yang telah diterimanya, oleh sebab itu tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Misalnya dapat menyebutkan, mendefenisikan, menetapkan dan lain sebagainya.
2.    Pemahaman (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek dan dapat menginterprestasikan materi tersebut benar.

3.     Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang tidak dipelajari pada situasi atau kondisi rill (sebenarnya).
4.     Analisa (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampaun untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didominan suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitan satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat diloihat dari penggunaan kata kerja, dapat membedakan dan mengelompokkan.
5.    Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjukkan suata kemampaun untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada misalnya dapat menyususn dan merencanakan dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang ada.
6.    Evaluasi (Evalution)
Evaluasi berkaitan dalam kemampuan untuk melakukan penelian terhadap suatau materi dan objek, pengukuran dan pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angakat yang menyertakan tentang isi materi yang ingin diulas dari subjek penelitian atau responden kedalam pengetahuan yang ingin disesuaiakan dengan tingkatan-tingkatan tersebut diatas.(Notoadmodjo 1997).
A.2. Sumber Pengetahuan
Pengetahuan dapat diperoleh langsung ataupun melalui penyuluhan baik individu maupun kelompok. Untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan perlu diberikan penyuluhan yang bertujuan untuk tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga maupun masyarakat, dalam membina dan memelihara hidup sehat serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pengetahuan adalah proses kegiatan mental yang dikembangkan melalui proses kegiatan pada umunya sebagai aktifitas kognitif (Sunaryo, 2002). Proses adopsi adalah perilaku menurut Notoadmodjo (1977) yang mengutip pendapat Rogers (1970), sebelum seseorang mengadopsi perilaku didalam diri orang tersebut terjadi suatu proses yang berurutan yang terdiri dari :
1.    Kesadaran (awarenes)
       Individu menyadari adanya stimulus.
2.  Tertarik (Interest)
       Individu mulai tertarik pada stimulus.
3.  Menilai (Evalution)
Individu mulai menilai tentang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Pada proses ketiga ini subjek sudah memeilki sikap yang lebih baik lagi.
4.    Mencoba (Trial)
Individu sudah mulai mencoba perilaku yang baru.
5.    Menerima (Adoption)
Individu telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan, sikap dan kesadaranya terhadap stimulus.
A.3.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan.
1. Umur
Umur adalah lamanya tahun dihitung sejak dilahirkan hingga penelitian ini dilakukan umur merupakan peride penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan baru. Pada masa ini merupakan usia reproduktif, masa bermasalah, masa ketegangan emosi, masa ketrampilan, sosial, masa komitmen, masa ketergantungan, masa perubahan nilai, masa penyesuaian dengan hidup baru, masa kreatif. Pada dewasa ini ditandai oleh adanya perubahan-peruhan jasmani dan mental. Semaki bertambah umur seseorang maka akan semakin bertambah keinginan dan pengetahuannya tentang kesehatan (Notoadmodjo, 2003).         
2. Pendidikan
Pendidikan proses menumbuh kembangkan seluruh kemampuan dan perilaku manusia melalui pengajaran, sehingga dalam pendidikan itu perlu dipertimbangkan umur (proses perkembangan klien) dan hubungan dengan proses belajar. Tingkat pendididkan juga merupakan salah satu factor yang mempengaruhi persepsi seorang untuk lebih mudah menerima ide dan teknologi baru semakin meningkat pendidikan seorang maka akan bertambah pengalaman yang mempengaruhi wawasan dan pengetahuan. Adapun tujuan yang hendak dicapai melalui pendidikan adalah untuk mengubah pengetahuan (pengertian pendapat, konsep-konsep) sikap dan persepsi serta menanamkan tingkah laku atau kebiasaan yang baru (Notoadmodjo, 2003).  
3. Paritas
Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup pekerjaan merupakan kegiatan-kegiatan formal yang dlakukan dalam klehidupan sehari-hari. Pengalaman dan pendidikan seseorang sejak kecil akan memnpengaruhi sikap dan penampilan seseorang. Dalam kaitannya dengan pekerjaan Huriock mengemukakan bahwa kessesuaian antara pekerjaan dan diri sesorang memberikan kesan dan pengetahuan sendiri.ini berati makin cocok bakat dan minat seseorang maka makin tinggi pula tingkat kepuasan dan pengetahuan yang diperoleh Huriock 2002.

B. Perawatan Tali Pusat  
B.1. Defenisi 
Perawatan tali pusat adalah pengobatan dan pengikat tali pusat yang menyebabkan pemisahan pisik terakhir antara ibu bayi, kemudian tali pusat dirawat dalam keadaan steril, bersih, kering, puput dan terhindar dari infeksi tali pusat (IKA, 2005}
B.2. Tujuan
Tujuan mencegah terjadinya penyakit tetanus pada bayi baru lahir, sehingga tali pusat tetap bersih, kuman-kuman tidak masuk sehingga tidak terjadi infeksi pada tali pusat bayi. Penyakit tetanus ini disebabkan oleh clostridium tetani yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (Racun), yang nasuk melalui luka tali pusat, karena perawatan atau tindakan yang kurang bersih (Saipuddin, 2001).
B.3. Cara Perawatan Tali pusat
Memotong dan mengikat tali pusat dilakukan dengan tehnik aseptic dan antiseptik, dengan prosedur tindakan sebagai berikut :
1.    Langkah-langkah perawatan tali pusat
a.            Kasa steril
b.            Betadine
2.    Cara Perawatan tali pusat
a.    Bersihkan luka tali pusat dengan menggunakan povidone iodine / betadine.
b.    Setelah itu tutup dengan kain kasa bersih dan kering yang sudah dibubuhi povidone iodine / betadine.
c.     Jaga agar tali pusat selalu terbungkus kain kasa bersih dan kering.
d.    Bersihkan setiap hari sampai tali pusat lepas.
Jangan mengoleskan saleb apapun atau zat lain ke tampuk tali pusat, hindari pembungkusan tali pusat karena tali pusat yang tidak ditutupi lebih cepat mengering dan puput dengan komplikasi yang lebih sedikit (Saipuddin, 2002).
Biasanya tali pusat terlepas dalam waktu 5-7 hari, setelah tali pusat pupus dari pusat, yang tinggal (pusat) belum kering benar akan memakan waktu 15 hari sehingga tali pusat tersebut kering (Maternal dan Neonatal Health, 2005).
B.4.  Dampak Positif
Bayi akan sehat dengan kondisi tali pusat bersih dan tidak terjadi infeksi serta tali pusat pupus lebih cepat yaitu antara hari ke 5-7 tanpa ada komplikasi (IKA, 2005).
B.5.  Dampak Negatif Perawatan Tali Pusat
Apabila tali pusat tidak dirawat dengan baik, kuman-kuman bisa masuk sehingga terjadi infeksi yang mengakibatkan penyakit Tetanus Neunatorum. Penyakit ini adalah salah satu pentebab kematian bayi yang terbesar di Asia Tenggara dengan jumlah 220.000 kematian bayi, sebab masih banyak masyrakat yang belum mengerti tentang cara perawatan tali pusat yang baik dan benar (Dinkes RI, 2005).
Tetanus Neunatorum adalah infeksi yang disebabkan oleh clostridim tetani yang masuk melalui tali pusat bayi sewaktu proses pertolongan persalinan.
       Tanda dan gejala penyakit Tetanus Neunatorum adalah :
a.    Bayi yang semula menetek dengan baik tiba-tiba tidak bisa.
b.    Mulut mencucut seperti ikan
c.    Kejang-kejang, terutama bila disentuh, terkena sinar, atau mendengar suara keras.
Tindakan pencegahan penyakit Tetanus Neunatorum adalah :
a.    Ibu pada waktu hamil mendapat imunisasi TT sebanyak 2 kali, sehingga ibu dan bayi kebal terhadap tetanus.
b.    Pemotongan tali pusat dengan alat yang sudah direbus.
c.    Peralatan tali pusat yang bersih sampai lepas.













BAB III
METODE PENELITIAN



A. Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep Karya Tulis Ilmiah penelitian ini adalah tentang “gambaran pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat pada bayi baru lahir di Kelurahan Muara Pinang penulis membatasi hal-hal yang akan diteliti adalah :


Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Tali Pusat Pada Bayi
 

Karakteristik Ibu :
- Umur
- Paritas
- Pendidikan



 
          Independen                                                    Dependen
                                                           

   

B. Defenisi Operasional
1. Pengetahuan
             Pengetahuan adalah hasil tahu yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu, dengan kategori :
a.         Baik : Bila responden menjawab pertanyaan dengan benar sebanyak 21 - 20 soal dengan skor 76 -100%.
b.      Cukup : Bila responden menjawab pertanyaan dengan benar sebanyak 12-15 soal dengan skor 61 - 75%.
c.         Kurang : Bila responden menjawab pertanyaan dengan benar sebanyak 1 - 11 soal dengan skor 0-60%.
Skala ukur : Ordinal

2.  Umur
             Umur adalah usia responden saat dilakukan penelitian dengan kategori :
a.    21-30 tahun
b.    31-40 tahun
Skala ukur : Interval
3. Paritas
             Paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dan telah mendapatkan perawatan tali pusat dengan kategori :
a.    Primipara
b.    Skundipara
c.    Multipara
d.    Grandemultipara
Skala ukur : Ordinal
4. Pendidikan
a. SLTP
b. SLTA
c. Perguruan Tinggi 
Skala ukur : Ordinal

C. Jenis Penelitian
            Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yaitu bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat di kelurahan Muara Pinang Kota Sibolga tahun 2008.

D. Lokasi dan Waktu Penelitian
D. 1. Lokasi Penelitian
      Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Muara Pinang Kota Sibolga dengan alasan mudah mendapat responden, mudah dijangkau, dan banyak ibu yang mempunyai bayi yang tidak mengerti tentang perawatan tali

D. 2. Waktu Penelitian


No.


Kegiatan
Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Maret 2008 hingga Agustus 2008
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1.
Pengajuan
Judul
























2.
Acc Judul
























3.
Survey Pendahuluan
























4.
 Konsul BAB I
























5.
Konsul BAB II
























6.
Konsul BAB III
























7.
Konsul Kuisioner           
























8.
Persiapan Ujian Karya Tulis Ilmiah
























9.
Ujian Karya Tulis Ilmiah
























10.
Pengumpulan Data
























11.
Analisa Data
























12.
Konsultasi Laporan Penelitian
























13.
Persiapan Ujian KTI
























14.
Penggandaan Hasil KTI
























15.
Ujian KTI



























E. Populasi dan Sampel
1.    Populasi
Populasi yang diteliti adalah setiap ibu Post Partum di Kelurahan Muara Pinang Sibolga tahun 2008 sebanyak 30 orang.
2.    Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan cara total populasi dimana jumlah dari seluruh populasi dijadikan objek penelitian.

F. Metode Pengumpulan Data
             Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer dengan memberikan kuisioner yang telah disediakan kepada responden. Jenis responden dengan menggunakan kuisioner tertutup.

G. Teknik Pengolahan dan Analisa Data
G.1. Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul diolah dengan cara manual dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1.    Editing
       Dilakukan pemeriksaan / pengecekan kelengkapan data yang telah terkumpul bila trdapat kesalahan atau berkurang dalam pengumpulan data tersebut akan diperiksa kembali.


2.    Coding
       Hasil jawaban dari setiap pertanyaan diberi kode angka sesuai dengan petunjuk.
3.    Tabulating
       Untuk mempermudah analisa data dan pengolahan data serta pengambilan kesimpulan data dimasukkan ke dalam bentuk distribusi frekuensi
G.2. Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan pengukuran terhadap masing-masing responden, lalu ditampilkan dalam tabel distribusi frekwensi, analisa dilanjutkan dengan menggunakan teori pustaka yang ada. Tekhik analisa data digunakan untuk melihat bagaimana bagaimana pengetahuan, sikap dan tindakan ibu terhadap perawatan tali pusat pada bayi baru lahir.














DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. S, 2002. Pengantar Metode Penelitian. Arcan, Jakarta.

Alimul, Azis. A, 2003. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah, Salemba Medika, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 1992. Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga. Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, Jakarta.

........, 1999. Penanganan Bayi Baru Lahir, Jakarta,

........, 2005. Buku Kesehatan Ibu dan Anak, Jakarta.

Hassan, Rusepno, 2005. Ilmu Kesehatan Anak 1. FKUI, Jakarta.

........, 2005. Ilmu Kesehatan Anak 2. FKUI, Jakarta.

Kosim. M. Sholeh, 2005. Buku Panduan Manajemen Bayi Baru Lahir Untuk Dokter, Bidan dan Perawatan di Rumah Sakit. MNH-JHPIEGO, Jakarta.

Mocthat, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri Jilid 1. EGC, Jakarta.

Manuaba, Prof, dr. 1998, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. EGC, Jakarta.

Notoatmoho, Soekidjo, 2002. Mitodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.

Pemerintah Kota Sibolga Dinas Kesehatan, 2005. Buku Kesehatan Ibu dan Anak, Sibolga.



Baca juga : 

GAMBARAN PENGETAHUAN SISWI KELAS X – 4 TENTANG ABORSI DI SMA